Jumat, 10 Juni 2016

HAKIKAT MANUSIA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pada hakikatnya manusia tidak mungkin hidup tanpa keberadaan orang lain. Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk yang suci dan mulia, bukan sebagai makhluk yang kotor dan penuh dengan dosa, sebagaimana pandangan mereka bahwa nabi Adam dan Hawa yang diturunkan dari surga karena melanggar larangan Allah merupakan asal mula hakikat manusia sebagai pembawa dosa bawaan (turunan).   Al-Quran memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi, yang sedang dalaam perjalanan menuju kehidupan spiritual yang suci dan abadi di akhirat kelak, meskipun ia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa ketika melakukan kesalahan di dalam kehidupan dunia.

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Menurut Skinner,  perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teoriS-O-R‖atau Stimulus  –  Organisme  –  Respon.
Bimo Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Sementara sikap  pada umumnya mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu: komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir,  bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup ( Soekidjo Notoatmodjo, 1987:1).
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa makna dari prilaku  ?
2.      Bagaimana Konsep Manusia dalam Al-Qur’an
2.      Bagaimana proses pembentukan prilaku ?

C.     Tujuan Penulisan Makalah
1.     Menambah wawasan Penulis maupun Pembaca tentang pembentukan perilaku
2.      Mengetahui Konsep Manusia dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PRILAKU MANUSIA
Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas yang merupakan hasil akhir jalinan dan dimana terjadi saling mempengaruhi antara berbagai macam kemampuan jiwa yang jarang berdiri sendiri. Perilaku manusia pada hakekatnya suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, beraksi, berpakaian, dan sebagainya. Perilaku juga mencakup kegiatan internal seperti, kognisi, emosi, dan konasi. Dengan demikian perilaku dapat dijelaskan sebagai apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung.  Perilaku yang tampak pada kegiatan organism tersebut dipengaruhi oleh factor pembawaan (genetic) dan lingkungan (hasil belajar)[1].
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri seperti : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.
Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.
Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan reaksi (respon). Dalam teori belajar Skinner membedakan dua macam respon yaitu:
a.       Reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Rangsangan-rangsangan seperti ini disebut elicting stimulus, karena menimbulkan respon-respon yang relative menetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat menyebabkan mata tertutup dan sebagainya.
b.      Operan respon atau instrumental response, yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respon yang dilakukan, seperti seorang anakyang belajar dengan tekun memperoleh nilai rapor baik bila diberi hadiah akan meningkatkan usaha belajarnya lagi[2].

Pengertian Prilaku Menurut para Ahli :
·            Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.

·            Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

·            Menurut HERI PURWANTO, perilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap objek.

Pada dasarnya Prilaku dan Kepribadian adalah dua hal yang sangat berkaitan pada manusia hanya saja perilaku adalah sikap, kebiasaan. sedangkan kepribadian sudah menyangkut sifat. perilaku bisa diubah tetapi tidak halnya dengan kepribadian.
Dalam islam Prilaku dibagi menjadi 2, yaitu Prilaku Terpuji (Prilaku yang disukai Allah) dan Prilaku Tercela (Prilaku Yang tidak disukai Allah). Orang yang baik akhlaknya tentunya didalam pergaulan sehari-hari akan senantiasa dicintai oleh sesama, dan tentunya mereka kelak dihari kiamat akan masuk surga bersama dengan nabi saw. Sebagaimana beliau bersabda dalam hadisnya yang artinya sebagai berikut:
Sesungguhnya (orang) yang paling aku cintai diantara kalian dan orang yang paling dekat tempatnya dariku pada hari kiamat adalah oarang yang paling baik budi pekertinya diantara kalian”.
Bottom of Form
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS An-Nahl [16]: 90)
Disisi lain, Al-Qur’an juga mengemukakan dan member peringatan tentang akhlak-akhlak buruk atau tercela yang dapat merusak iman seseorsng dan padas akhirnya akan merusak dirinya serta kehidupan masyarakat
Menurut Ilmu Sains Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yang bersifat istimewa dan mulia.



Manusia Menurut Para Ahli :
  1. Paula J. C. & Janet W. K.
Menurut Paula J. C. & Janet W. K. Manusia merupakan makhluk yang terbuka, bebas memilih makna di dalam setiap situasi, mengemban tanggung jawab atas setiap keputusan, yang hidup secara berkelanjutan, serta turut menyusun pola hubungan antar sesama dan unggul multidimensional dengan berbagai kemungkinan.
  1. Omar Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany
Menurut Omar Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany, pengertian manusia adalah makhluk yang mulia. Masuia merupakan makhluk yang mampu berpikir, dan menusia merupakan makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari badan, ruh, dan kemampuan berpikir / akal). Manusia di dalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.
Manusia Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan lainnya.  Seperti yang dijelaskan dalam QS . AT-TIIN: 4
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (٤)
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya  (4)

B.     KONSEP MANUSIA
a.        Konsep Manusia Menurut Para Ahli
·         Menurut Nicolaus D. & A. Sudiarja manusia adalah bineka, tetapi tunggal. Bineka adalah karena Jasmani dan Rohani merupakan satu barang.
·         Menurut Abineno J.I, Manusia adalah tubuh yang berjiwa dan bukan jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang Fana.
·         Menurut Sokrates Manusia adalah Makhluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar .
·         Menurut Omar Mohammad  Al-Thoumy Al-Syaibani manusia adalah makhluk yang paling mulia, berfikir, dan memiliki 3 dimensi (Badan, Akal dan Ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
b.                       Konsep Manusia  Dalam Islam
Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak lepas dari figur nabi Adam as. sebagai manusia pertama. Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama yang memiliki kemampuan akal yang sempurna. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Adam adalah manusia pertama yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Manusia diciptakan oleh Allah dengan segala kesempurnaannya. Manusia diberi akal pikiran sehingga dengan akal tersebut mereka dapat berpikir.
Dengan berpikir, manusia mampu mengajukan pertanyaan serta memecahkan masalah. Dengan adanya akal pula, manusia berbeda dari makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain. Islam mendorong manusia agar menggunakan potensi yang dimiliki secara seimbang. Akal yang berlebihan mendorong manusia pada kemajuan materiil yang hebat, namun mengalami kekosongan dalam hal ruhaniyah, sehingga manusia terjebak dalam segala kesombongan yang merusak dirinya sendiri.
Dalam menggunakan potensi-potensinya, manusia harus menjadi makhluk psiko-fisik, berbudaya, dan beragama untuk tetap mempertahankan kapasitas dirinya sebagai makhluk yang paling mulia. Al-Quran menegaskan kualitas dan nilai manusia dengan menggunakan tiga macam istilah yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu al-insan, an-nas, al-basyar, dan bani Adam.
·           Kata al-insan berasal dari kata nasiya yang artinya lupa, menunjukkan adanya hubungan dengan kesadaran diri. Manusia disebut al-insan karena kecenderungannya akan sifat pelupa sehingga memerlukan teguran dan peringatan. Kata al-insan digunakan Al-Quran untuk menunjukkan kepada manusia secara keseluruhan dari totalitas, jiwa, serta raganya.
Kata al-insan untuk penyebutan manusia diambil dari asal kata al-uns atau anisa yang artinya jinak dan harmonis, karena pada dasarnya manusia dapat menyesuaikan diri dengan realitas hidup dan lingkungannya.
·           Sedangkan kata an-nas merupakan jamak dari kata al-insan, kata ini digunakan untuk menunjukkan sekelompok manusia, baik dalam arti jenis manusia maupun sekelompok tertentu dari manusia.
·           Kata al-basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk, baik laki-laki maupun perempuan, baik satu maupun banyak. Kata al-basyar adalah jamak dari kata basyarah yang artinya kulit. Al-Quran menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan satu kali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya.
Ayat Al-Quran yang lain mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar (manusia) melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan kedewasaan, dimana tahapan kedewasaan ini menjadikannya mampu memikul tanggung jawabnya sebagai khalifah di bumi.
Al-basyar dipakai untuk menunjukkan dimensi alamiahnya, yang menjadi ciri pokok manusia pada umumnya, seperti makan, minum, dan mati sehingga manusia disebut al-basyar karena manusia cenderung perasa dan emosional sehingga perlu disabarkan dan didamaikan.
·                Manusia disebut sebagai bani Adam karena dia menunjukkan asal usul yang bermula dari nabi Adam as sehingga dia tahu dan sadar akan jati dirinya.Misalnya, darimana ia berasal, untuk apa ia hidup, dan kemana dia akan kembali. Penggunaan istilah bani Adam menunjukkan bahwa manusia bukan hasil dari evolusi makhluk anthropus (sejenis kera).
Manusia dalam pandangan Al-Quran bukan makhluk anthropomorfisme, yaitu makhluk penjasadan Tuhan, atau mengubah Tuhan menjadi manusia. Al-Quran menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang agung di dalam dirinya. Di samping itu manusia dianugerahi akal yang dapat membedakan nilai baik dan buruk, sehingga membawa ia pada kualitas tertinggi sebagai makhluk yang bertakwa.
Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk yang suci dan mulia, bukan sebagai makhluk yang kotor dan penuh dengan dosa, sebagaimana pandangan mereka bahwa nabi Adam dan Hawa yang diturunkan dari surga karena melanggar larangan Allah merupakan asal mula hakikat manusia sebagai pembawa dosa bawaan (turunan). Al-Quran memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi, yang sedang dalaam perjalanan menuju kehidupan spiritual yang suci dan abadi di akhirat kelak, meskipun ia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa ketika melakukan kesalahan di dalam kehidupan dunia.
Bahkan, dalam Al-Quran manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (hanif). Oleh karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, dan kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kemuliaan seperti yang dimiliki manusia. Sebaliknya, kualitas yang buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih predikat berkualitas tersebut. Manusia dapat dikatakan berkualitas apabila ia memiliki kebebasan untuk berbuat dan berkehendak.
 Kebebasan yang dimaksud adalah kesadaran untuk mewujudkan kualitas dan nilai dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi secara bertanggung jawab. Kualitas dan nilai manusia dapat diraih apabila manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan naluri bebasnya berdasarkan pertimbangan aqliyah yang dikaruniakan Allah kepadanya dan dibimbing oleh cahaya iman yang menerangi nuraninya yang paling murni.






C.    PEMBENTUKAN PRILAKU
a.       Pembentukan Prilaku Menurut Para Ahli
1.      B.F. Skiner
                 Skinner menyatakan bahwa belajar merupakan “Tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang (S) dan respon (R)” yang terkenal dengan teorinya yaitu Operant Conditioning Theory. Ada dua macam respon dalam kegiatan belajar.

·                Respondent response reflexive respons, bersifat spontan atau dilakukan secara reflek, diluar kemampuan seseorang. Dalam situasi yang demikiasn seseorang cukup belajar dengan stimulus yang diberikan dan ia akan memberikan respons yang sepadan dengan stimuli yang datang
.
·                Operant Response (Instrumental Response), respon yang timbul dan berkembangnya dikuti oleh perangsan-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut dengan reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang ini memperkuan respons yang telah dilakukan oleh organisme.

     Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant response secara sederhana adalah sebagai berikut :

                 Mengidentifikasi hal-hal apa yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku yang akan dibentuk dari Menganalisa, dan selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.Berdasarkan urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen-komponen itu.Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan mengunakan urutan yang telah disusun. Kalau komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya (reinforcer) diberikan. Kemudian komponen kedua, jika yang pertama sudah terbentuk, yang kemudian diberi hadiah pula (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi)

2. Pavlov
       Dalam teorinya Pavlov menyatakan bahwa gerakan refleks itu dapat dipelajari dan dapat berubah dengan melakukan latihan. Refleks dibagi menjadi dua bagian, yaitu refleks wajar (unconditioned reflex) dan refleks bersyarat (conditioned reflex). Refleks wajar, refleks yang terjadi dengan sendirinya saat diberikan rangsang, sedangkan refleks bersyarat adalah refleks yang harus dipelajari.


                 Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions), dapat berupa latihan yang dilakukan secara terus menerus sehingga menimbulkan reasksi (response).

                 Kelemahannya adalah menganggap bahwa belajar adalah hanyalah terjadi secara otomatis dan lebih menonjolkan peranan latihan-latihan, dimana keaktifan dan pribadi seseorang tidak dihiraukan.

            3. Guthrie
Teori yang dikemukakan oleh Guthrie adalah teori conditioning yang menitikberatkan pada cara-cara atau upaya tertentu untuk mengubah kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan yang baik. Menurut Guthrie tingkah laku manusia itu adalah merupakan deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respons atas rangsangan ang terjadi sebelumnya dan menjadi rangsangan.
Beberapa metode yang disarankan Guthrie untuk mengubah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan adalah Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method)
Dasar pemikiran metode reaksi berlawanan adalah bahwa manusia adalah merupakan organisme yang selalu bereaksi terhadap rangsang-rangsang.

              Metode Membosankan (Exhaustion Method)Hubungan asosiasi antara rangsang dengan reaksi pada tingkah laku yang buruk dibiarkan sampai kemudian menjadi bosan atas keburukannya.Metode Mengubah Lingkungan (Change of Enviromental Method)Adalah cara yang digunakan dengan memutuskan hubungan rangsang antara rangsang dengan respons yang buruk yang akan dihilangkan.

b.      Pembentukan Prilaku dalam Al-Qur’an
   Setiap individu berkembang secara tetus-menerus dari masa bayi sampai mati dan melalui seluruh perkembangan hidup yang mengalami perubahan-perubahan sehingga mengarah pada pembentukan kepribadian itu berlangsung. Hal ini diperlukan suatu proses waktu yang tidak sebentar bahkan waktu yang panjang dan berangsur-angsur. Dikatakan oleh Patty: Dalam seluruh perkembangan itu tampak bahwa tiap perkembangan muncul dalam cara-cara yang kompleks dan tiap perkembangan didahului oleh perkembangan sebelumnya, ini berarti perkembangan itu tidak saja kontinyu, tetapi perkembangan fase yang satu diikuti dan menentukaan perkembangan fase yang berikutnya.


Untuk mengetahui tentang proses pembentukaan perilaku ihsan ada beberapa tahap yaitu :
a.       Latihan dan Pembiasaan
Pada tahap ini tidak hanya cukup diberikan secara teoritis saja melainkan juga diiringi dengan penerapan dalam praktek kehidupan sehari-hari baik melalui latihan maupun pembiasaan, ini akan lebih bisa diserap dalam jiwa anak. Latihan dan pembiasaan ini bertujuan untuk memberi kecakapan berbuat dan mengucapkaan sesuatu pengetahuan yang diperolehnya dan mampu memelihara tingkah laku yang baik setelah mereka dewasa. Dalam hal ini M. Athiyah Al-Abrasy mengatakan: “Siapa yang membiasakan sesuatu di waktu mudanya, waktu tua akan menjadi kebiasaannya juga.”
Dalam hal ini, Zakiah Darajat memberikan pernyataan “Apabila si anak telah terbiasa dengan peraturan-peraturan akhlak dan hubungan sosial yang sesuai dengan ajaran agama sejak kecil, maka akhlak yang baik akan menjadi bagian integral dan kepribadiannya dengan sendirinya  akan mengatur tingkah laku dan sikapnya waaktu ia dewasa nanti”.

b.   Keteladanan 
Keteladanan merupakan metode influentif yang paling menentukan keberhasilan dalam mempersiapkan dan membentuk sikap dan perilaku moral, spiritual dan sosial anak. Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalm hal baik-buruknya perilaku anak.
Pada dasarnya keinginan untuk mencontoh merupakan pembawaan atau sifat asli manusia ketika seseorang masih berusia anak-anak, sebab secara psikologis anak-anak adalah masa yang membuthkan figur atau telasdan. Bimbingan keagamaan yang diberikan dengan memberikan contoh atau keteladanan orang tua adalah salah satu bimbingan  yang paling membekas pada diri anak. Dengan keteladanan ini timbullah gejala identifikasi positif yaitu penyamaan diri dengan orang yang ditiru.

c.    Adanya Nasehat
Merupakan sajian tentang kebenaran dan kebajikan dengan maksud mengajak orang yang dinasehati untuk menjauhkan diri dari bahaya dan membimbing  ke jalan yang benar daan berfaedah baginya.

Dalam proses pembentukan perilaku ada beberapa unsur-unsur yang diperhatikan yaitu:
a.       Ciri-ciri watak yang berhubungan dengan cirri umum yang tidak berubah yaitu ciri-ciri yang membedakan respon seseorang tanpa memperhatikan rangsangan yang menyebabkan kecepatan bereaksi terhadap sesuatu hal.
b.      Kemampuan dan kesanggupan mental yaitu menentukan kemampuan untuk melakukan pekerjaan tertentu yang tercermin dalam kecerdasan dan kemampuan hitung serta ketrampilannya.
c.       Kebiasaan berperilaku baik. Sudah diketahui bersama bahwa manusia dalam hidupnya itu akan mengadakan hubungan dengan orang lain. Dengan adanya hubungan ini ia harus berusaha menyesuaikan dengan lingkungan yang dihadapinya. Dalam perilaku baik itu manusia itu harus sifat yang dihadapinya.
Dan pada hakikatnya manusia itu telah diberi kesadaran untuk memilih yang baik dan buruk dari Sang Pencipta, seperti firman Allah Al Qur’an :
وهدينه النّجدين .....
Artinya : “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan”. (Q.S. Al-Balad : 10).
Perilaku baik dan buruk merupakan suatu yang mendasar dalam diri manusia. Karena manusia mempunyai kebebasan untuk memilih yaitu kehendak bebas dan bertanggung jawab yang menempati antara dua kutub yang berlawanan.[
Dengan andanya kehendak bebas itu, maka manusia perlu mengarahkan untuk memilih atau menentukan kehendaknya agar manusia tidak terperosok dalam lempung busuk. Untuk itu, diperlukan suatu   pendidikan yang akan mendidik manusia untuk berperilaku ihsan atau baik. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia itu tidak dapat hidup sendiri. Oleh karena itu, manusia dalam hidupnya harus menggunakan bahasa yang benar, menghormati sesama, tolong menolong, menepati janji dan lain-lain.
 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
وتعاونوا على البرّ والتّقوى صلى ولا تعونوا على الاثم والعدوان صلى واتّقوالله انّ الله شد يد العقاب.
Artinya : “Hendaknya kamu tolong menolong atas perbuatan kebaikan dan taqwa. Dan janganlah kamu tolong menolong atas dosa dan dirinya dan bertaqwalah kepada Allah”. (QS. Al-Maidah : 2)
Oleh karena itu manusia diwajibkan untuk berbuat baik dan bila hal itu menjadi kebiasaan dalam hidupnya sehingga akan melekat pada jiwanya dan akhirnya akan menjadi akhlak. Selanjutnya dengan adanya kebiasaan-kebiasaan yang baik tersebut akan membentuk perilaku ihsan seseorang.

D.    HUBUNGAN KONSEP PERILAKU MANUSIA DENGAN KENERJA KONSELOR

Untuk menjadi konselor yang baik kita harus mempersiapkan segala sesuatunya yang sesuai dengan bakat, minat, ataupun gejala-gejala yang namapak dari peserta didik. Untuk mengetahui itu semua kita perlu mempelajari yang namanaya prilaku.  Konsep perilaku ini sangat dibutuhkan dalam kinerja konselor, dengan adanya konsep perilaku ini seorang konselor akan lebih mudah memahami berbagai macam tingkah laku klien yang sedang mengalami masalah, jika seorang konselor sudah paham dengan tingkah laku yang dimiliki kliennya tersebut maka proses bantuan yang akan diberikan akan lebih mudah memberikan layanan apa yang tepat diberikan supaya masalahnya itu bisa terentaskan.
E.     PENTINGNYA KONSEP MANUSIA SERTA PEMBENTUKAN PERILAKU MANUSIA DALAM KONSELING KELUARGA
Didalam membangun keluarga yang baik butuh persiapan yang matang supaya kedepannya bisa menjadi keluarga yang SAMAWA (sakinah,mawaddah,dan warohmah) dan untuk memncapai itu semua tidaklah mudah apalagi bagi pemula atau mahasiswa yang masih belum menikmati pahit manis kehidupan rumah tangga.
Pernikahan adalah bersatunya dua insan yang berbeda ( fisik, sifat, cara hidup) maupun hal-hal lain untuk membantuk suatu keluarga dengan mengharpkan keridhoan Allah SWT. Di dalam sebuah pernikahan terdapat dua tingkah laku yang berbeda, yang akan saling melengkapi satu sama lain.
Keluarga merupakan satuan persekutuan hidup yang paling mendasar dan merupakan pangkal kehidupan bermasyarakat. Di dalam keluargalah setiap individu dipersiapkan untuk menjadi masyarakat. Mutu kehidupan dalam bermasyrakat ditentukan oleh mutu dari kehidupan keluarga. Anggota keluarga tidak terlepas dari permasalahan yang terjadi baik mengenai hubungan dalam keluarga, ketidak jujuran, ditinggalkan oleh suami/ isteri, harapan palsu, diabaikan, keuangan, hubungan dengan mertua, dll.
Menurut Willis, konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasiatas dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaannnya terhadap keluarga.
Untuk itu kita perlu kita mempelajari hakikat manusia itu sendiri supaya bisa mengatasi masalah yang akan datang baik dari dalam maupun dari luar, disamping itu bisa memposisiskan diri dimana dia harus bersikap dalam berumah tangga. Dengan adanya konseling keluarga ini akan membantu klien dalam mengembangkan potensi anggota-anggota melalui sistem keluarga agar dapat mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera.












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas yang merupakan hasil akhir jalinan dan dimana terjadi saling mempengaruhi antara berbagai macam kemampuan jiwa yang jarang berdiri sendiri. Perilaku manusia pada hakekatnya suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, beraksi, berpakaian, dan sebagainya. Perilaku juga mencakup kegiatan internal seperti, kognisi, emosi, dan konasi. Dengan demikian perilaku dapat dijelaskan sebagai apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung.
Dalam islam Prilaku dibagi menjadi 2, yaitu Prilaku Terpuji (Prilaku yang disukai Allah) dan Prilaku Tercela (Prilaku Yang tidak disukai Allah). Pembentukan Prilaku dalam Al-Qur’an bahwa setiap individu berkembang secara tetus-menerus dari masa bayi sampai mati dan melalui seluruh perkembangan hidup yang mengalami perubahan-perubahan sehingga mengarah pada pembentukan kepribadian itu berlangsung.
Untuk menjadi konselor yang baik kita harus mempersiapkan segala sesuatunya yang sesuai dengan bakat, minat, ataupun gejala-gejala yang namapak dari peserta didik. Untuk mengetahui itu semua kita perlu mempelajari yang namanaya prilaku.  Konsep perilaku ini sangat dibutuhkan dalam kinerja konselor, dengan adanya konsep perilaku ini seorang konselor akan lebih mudah memahami berbagai macam tingkah laku klien yang sedang mengalami masalah, jika seorang konselor sudah paham dengan tingkah laku yang dimiliki kliennya tersebut maka proses bantuan yang akan diberikan akan lebih mudah memberikan layanan apa yang tepat diberikan supaya masalahnya itu bisa terentaskan.
Kegunaan mempelajari hakikat manusia dalam konseling keluarga yaitu agar bisa mengatasi masalah yang akan datang baik dari dalam maupun dari luar, disamping itu bisa memposisiskan diri dimana dia harus bersikap dalam berumah tangga. Dengan adanya konseling keluarga ini akan membantu klien dalam mengembangkan potensi anggota-anggota melalui sistem keluarga agar dapat mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera.






DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar M.luddin ,Psikologi Dan Konseling Keluarga, Difa Grafika
Alwisol, (2004). Psikologi Kepribadian. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang
John M. Ivancevich, Robert Konopaske, Michael T. Matteson, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2007
Robbins, Stephen P. Prinsip – prinsip Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2002



[1]Abu Bakar M.luddin ,Psikologi Dan Konseling Keluarga, Difa Grafika, Binjai. H 26
[2] Ibid h 27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar