Jumat, 10 Juni 2016

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM



RESUME 1( SATU)
Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
A.Pengertian
Filsafat menurut asal katanya adalah dari kata “philos” dan shophia ( kebenaran) atau dari bahasa arab dari kata falsafa atau dari penjelasan prof. Rasyidin yang beliau kutip dari pendapat Al-kindi bahwa filsafat itu adalah “ tholabul haq” ( menuntut kebenaran). Atau berfikir secara Radikal, menyeluruh, dan mendasar.
Filsafat pendidikan islam terbentuk dari kata filsafat, pendidikan , dan islam. Penambahan kata islam di ujungnya supaya kita bisa membedakan dengan filsafat yang secara umum. Pendidikan islam mempunyai pengertian secara khusus yang bersumber dari islam atau dari Al-quran dan hadis ataupun dari pemikiran ulama atau  ilmuan-ilmuan muslim pendidikan menurut KBBI  yaitu proses pengubahan sikap dan  tata  laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan . secara umum jika di telaah setidaknya ada 3 macam yang digunkan Al-Quran dan hadis berkaitan dengan konsep dasar pendidikan islam . ketiga itu adalah tarbiyah,taklim, dan ta’dib. Meskipun sering diterjemaahkan dalam arti yang sama yakni pendidikan dan bahkan pengajaran namun ketiganya mempunyai makna yang berbeda-beda.
1.      Tarbiyah
Tarbiyah berasal kata rabb yang menurut anis bermakna tumbuh dan berkembang. Menurut al-nahlawi terma tarbiyah berasal dari kata rabba-yarubbu yang berarti bertambah atau tumbuh seperti yang tertera pada firman Allah swt.
وماءتيتمم من رباليربوفي اموال الناس فلا يربوعند الله
Dan sesuatu tambahan ( riba) yang kamu berikan agar bertambah pada harta manusia maka riba itu tidak menambah disisi Allah.(Q.s. Ar-rum). 30}: 39
Shihab menyatkan bahwa kata rabb sebagaimana terdapat pada ayat kedua surah Al-fatihah yaitu mengarhakan suatu tahap demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya.
2.      Ta’lim
Kata taklim berasal dari kata alima. Menurut Al-manzhur kata ini bisa memiliki beberapa arti seperti mengetahui atau menegenal,merasa, memberi kabar kepdanya. Menurut Ridho ta’lim adalah proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Argumentasinya didasarkan pada firman SWT.
وعلم أدام السماءكلهاثم عرضهم على الملإكة
Dan dia mengajarkan kepada adam perbendaharaan ilmu pengetahuan ( Al-asma’ kullaha ) kemudian memaklumkanya kepada para malaikat. ( Q.S.al-baqoroh ,31).
3.      Ta’dib menuurut mahzur arti kata addaba adalah (الدعاء) yang berarti undangan dalam mu’jam al-wasith kata addaba diterjemaahkan dalam arti :
1.      Melatih prilaku yang baik dan sopan santn
2.      Mengadakan pesta atau perjamuaan yang berarti berbuat dan prilaku sopan
3.      Mendidik,melatih, mendisiplinkan tindakan.
Berdasrkan defensi/keterangan yang 3 ini diaktakan pendidikan islam adalah  yang diperuntukkan kepada semua ummat manusia tidak terbatas pada manusia muslim saja hal ini bisa dipahami dari tuuan pendidikan islami yakni mengembangkan fisik jasamani, dan rohani, dan potensi yang dimiliki manusia. Al-jism ,al-aql , al-nafs dan qolb agar berkemampuan merealisasikan syahadah yang di ikrarkan kepada Allah SWT karna setiap manusia sudah mengikrarkan syhadahnya ketika di alam Ruh  namun ketika ruh manusia menyatu dan hidup di alam materi menyebabkan mereka melalaikan atau bahkan melupakan syhadah tersebut.
الست بربكم قلو بلى شهدنا
“Bukankah aku ini tuhanmu(maka manusia menjawab) benar engkau adalah tuhan kami.”
Menurut  omar muhammad Al-toumy al-syaibani menurutnya filsafat pendidikan islam lain adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pendidikann yang didasarkan pada ajaran islam untuk lebih jelasnya dijelaskan dalam bukunya seperti ini ” jika kita telah membicarakan tentang kepentingan pembinaan falsafah pendidikan secara umum. Kita tidak menentukan jenis falsafah yang harus menonjol pada falsafah itu. Judul atau bab  yang kita bincangkan tentang sifat-sifat falsafah dan apa yang disebut bagi falsafah ini tentang sumber unsur-unsur dan syarat-syarat dari dan apa yang akan kita cabut tentang prinsip-prinsip kepercayaan andaian-andaian dan premis yang menjadi asas falsafah ini yaitu falsafah pendidkan berasal dari prinsip-prinsip dan ruh islam itulah filsafat untuk pendidikan atau disebut filsafat pendidkan islam.
Sedangkan pendapat yang lain adalah filsafat pendidkan islam yaitu pengetahuan yang membahas segala persoalan yang menyangkut kependidiakan yang bersumber pada ajaran islam dengan maksud memperoleh jawaban yang selanjutnya dipergunakan sebagai pelaksanaan dan pengembangan pendidkan islam agar  berdampak posistif bagi kehidpan ummat islam( ahmad tafsir hal.36)
B. Tujuannnya
1. mengembangkan potensi fitrah tauhid peserta didik
2. mengembangkan potensi ilahiah peserta didik agar mereka berkemampuan membimbing dan menjadiakan atau menyukai serta merealisasikan diri dan masyarkat abdullaoh yang tulus ikhlas serta kontiniu beribadah atau mengambdikan diri kepanya.
3. mengembangkan potensi insaniah peserta didik agar mereka memiliki kemampuan mengarahakan dan membimbing diri dan masyarkat untuk melaksanan tugas-tugas dan perannya sebagi khalifah di bumi

C. Fungsi 
Fungsi dan kegunaan filsafat secara umum untuk memperoleh makna dan peristiwa alam dan sosial. Profesor muhammad attiyah abrosy dalam kajiannya tentang pendidkan islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidkan islam yang diuraikan dalam “ at-tarbiya al islamiyah wal falsafatuha” yaitu untuk membantu pembentukan akhlah yang mulia . islam menetapak bahwa pendidkan akhlak adalah jiwa pendidik islam.
Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat, pendidkan islam tidak hanya menaruh perhatian dari segi pendikan dunia saja tetapi dia menrauh perhatian kepada keduanya sekaligus.
D. RUANG LINGKUPNYA
Mempelajari filsafat ini berarti mamsukia arena pemikiran yang mendasar sistematis, logis, menyeluruh yeng berupa landasan ontologis pendidikan islam, epistimologis, serta kasiologis islam.disamping itu juga membahas konsep dasar serta unsur-unsur pendidikan .
Muzzayin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan islam berarti memasuki area pemikiran yang mendasar, sistematis dan logis serta menyeluruh ( Universal) tentang pendidikan yang tidak hanya dilatar belakangi oleh pengetahuan agama islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.
      Jadi, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah masalah – masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode dan lingkungan pendidikan .









RESUME II (DUA)
Metode Studi dalam Filsafat Pendidikan Islam
§  Pengertian
            Di dalam Al-qur’an banyak ditemukan ayat yang berkaitan dengan penjelasan manusia sebagai makhluk terbaik dan sebaik-baik penciptaan. Jadi memang benar kalau manusia adalah seorang yang sudah sepantasnya sebagai pengajar dan yang di ajari ilmu, di antaranya adalah ilmu filsafat pendidikan Islam.
            Secara harfiah kata metode berasal dari kata Greck (Yunani) yang terdiri dari kata “meta” yang berarti melalui dan kata hodos yang berarti jalan. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode adalah jalan yang dilalui. Runes sebagaimana yang di kutip oleh Muhammad Noor Syam menjelaskan bahwa metode adalah:
1.      Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.
2.      Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari satu materi tertentu.
3.      Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.
            Di samping itu Al-Syaibani yang juga di kutip oleh Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar dalam buku Filsafat Pendidikan Islam (2005) menjelaskan bahwa metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang di kerjakan oleh guru dalam rangka kemestian mata pelajaran yang diajarkannya. Ciri-ciri perkembangan peserta didiknya dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan dengan yang di kehendaki pada tingkah laku mereka dari sudut pandang filosofis metode adalah merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
            Sejalan dengan itu Abuddin nata menjelaskan bahwa metode dapat pula membawa arti sebagai cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran Islam sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

-          Metode
            Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut:
1.      Bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis yaitu Al-Qur’an dan Hadits yang disertai pendapat-pendapat para ulama serta para filsuf lainnya. Serta pengalaman empirik dalam praktek pendidikan.
2.      Metode pencarian bahan: untuk mencari bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan dan masing-masing prosedurnya telah di atur sedemikian rupa.
3.      Metode pembahasan: Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analisis-sintesis yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, deduktif dan analisis ilmiah.
4.      Pendekatan dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut harus pula dijelaskan pendekatan apa yang akan di gunakan untuk membahasa tersebut pendekatan ini biasanya diperlukan ketika menganalisa.
            Selanjutnya jika metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam dapat membawa arti sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seeorang sehingga dapat terlihat dalam pribadi objek sasaran yaitu pribadi yang Islami.

-          Asas-Asas Umum Metode Pendidikan Islami
            Dalam penerapannya metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. sebab metode merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan.
Asas metode pendidikan itu diantaranya:
1.      Asas agamis: metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah agamis.
2.      Asas biologis
3.      Asas psikologis
4.      Asas sosiologis
            Keempat asas ini merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus di perhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam menggunakan asas ini tepat pada sasarannya. Sementara dari sudut pandang pelaksanaan asas pendidikan Islami dapat dipormulasikan kepada:
1.      Asas motivasi
2.      Asas aktivitas
3.      Asas apersepsi
4.      Asas peragaan
5.      Asas ulangan
6.      Asas kolerasi
7.      Asas konsentrasi
8.      Asas individualisasi
9.      Asas sosialisasi
10.  Asas evaluasi
11.  Asas kebebasan
12.  Asas lingkungan
13.  Asas globalisasi
14.  Asas pusat minat
15.  Asas ketauladanan
16.  Asas kebiasaan





-          Karakteristik Metode Pendidikan Islam
1.      Keseluruhan proses penerapan metodenya mulai dari pembentukan penggunaan sampai pengembangan tetap di dasarkan pada nilai-nilai asas islam sebagai ajaran yang universal.
2.      Proses pembentukan penerapan dan pengembangan tetap tidak dapa di pisahkan dengan konsep Al-akhlakul Karimah sebagai tujuan tertinggi.
3.      Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa membuka diri dan dapat menerim perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi.
4.      Menyeimbangkan teori dan praktek.
5.      Menekankan kebebasan peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas-batas kesopanan Al-akhlakul Karimah.
6.      Menekankan nilai-nilai keteladanan.
7.      Di dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi yang memungkinkan bagi terciptanya intraksi eduktif dan kondusif.
8.      Usaha untuk memudahkan proses pengajaran dalam mencapai tujuan secara efektif dan efesien.

-          Macam-Macam Metode Pendidikan Islam
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab
3.      Diskusi
4.      Pemberian tugas
5.      Demonstrasi
6.      Eksprimen
7.      Amsal
8.      Targhib wa tarhib
9.      Tikror (pengulangan)



Metode mempelajari filsafat pendidikan Islam
1.      Pendekatan terhadap wahyu merupakan pendekatan pokok dalam mengkaji konsep-konsep wahyu secara filosofis dan anaitis.
2.      Pendekatan sejarah yaitu pendekatan sejarah yang dilakukan melalui pengkajian hasil pemikiran ulama Islam di masa silam.
Filsafat pendidikan Islam memecahkan problem pendidikan Islam dapat menggunakan metode-metode antara lain:
1.      Metode spekulasi dan templasi
2.      Pendekatan normatif
3.      Pendekatan analisa konsep
4.      Pendekatan histori
5.      Pendekatan ilmiah
6.      Pendekatan komprihensif terpadu.

Penjelasan prof. Rasydin.
-          Mendidik dengan keteladanan , nasehat, pembiasaan, pengawasan, dan ganjaran
 termasuk sebuah metode atau tidak

metode dalam study filsafat secara umum
1.      Kontemplasi atau kontemplatif : perenungan : ada objek yang di renungkan
2.      Spekulasi (ragu) cari jawaban yang pasti
Filsafat paling tua filsafat alam.
3.      Deduksi dan induksi
umum ke khusus
Semua orang pasti mati           deduksi                      
Saya pasti mati
Khusus ke umum
timah dipanaskan menuai        induksi           
emas dipanaskan menuai         semua tembaga dipanaskan menuai

            metode filsafat pendidikan secara umum:
-          Filsafat tradidional: metode historis
-          Filsafat modern: - analisis konsep – analisis bahasa ( kikir: bisa benda dan sifat)
Analisis konsep
Contoh konsep evaluasi dalam pendidikan
Dosa: إِثْمٌ  ذَنْبٌ
Metode filsafat pendidikan Islam
1.      Tajribi : empirik/ eksprimen
2.      Burhani : logis 1 + 1 = 2
3.      Bayani : melalui penjelasan Al-qur’an, berdasarkan konteks kitab suci
4.      Irfani : adanya ketenangan dengan hati
            Al-ghazali mengatakan saya bisa memikirkan tuhan wajib ada dengan akal tanpa ada dalil syar’i, tapi wajib aqli.






RESUME III(TIGA)
‘’ HAKIKAT MANUSIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
 PENDIDIKAN DALAM ISLAM ’’

A.    Pengertian Hakikat Manusia
            Manusia adalah satu kata yang sangat bermakna dalam, dimana manusia adalah makhluk yang sangat sempurna dari makhluk-makhluk yang ada sebelumnya.
Dalam Al-qur’an terdapat beberapa terma/istilah yang merujuk pada kata manusia, antara lain:
1.      Al-nas (الناس)dan berbagai kata manusia seperti al-insan, al-ins, al-unas, al-nasiyya dan al-insiyya
2.      Al-basyar (البشر)
3.      Bani Adam (بنى ادام)
            Menurut ‘Aisyah Abdurrahman dalam Al-qur’an kata al-nas, al-ins, dan insan tidak pernah digunakan untuk arti manusia secara fisik.  kata al-nas disebutkan sebanyak 240 kali adalah sebagai nama jenis untuk keturunan Adam yaitu satu spesies di alam semesta, contoh untuk hal ini firman Allah SWT.
ياآيها الناس انّا خلقناكم من ذكر وانثى وجعلنكم شعوبا وقبائل لتعارفوا

            Adapun kata al-ins dan insan keduanya memiliki intensi makna yang serumpun karena berasal dari akar kata yang sama yakni  س ن ا yang menunjukkan arti lawan dari kebuasan, menurut Aisyah kata al-ins selalu disebutkan bersamaan dengan kata al-jin sebagai perbandingan seperti terdapat pada Q.S. Al-An’am ayat 112, 128 dan 130. Q.S. Al-A’raf ayat 38 dan 179.
            Sedangkan kata al-insan nilai kemanusiaannya tidak hanya terbatas pada kenyataan spesifik manusia untuk  tumbuh menjadi Al-ins, tetapi juga sampai pada tingkat yang membuatnya pantas menjadi khalifah di bumi menerima beban taklif dan amanah kemanusiaan. Karna al-ins dibekali dengan al-‘ilmu, al-bayan, al-aql, dan al-tamyiz, maka dia harus berhadapan dengan ujian kebaikan dan kejahatan. Ilusi tentang kemampuan dan kekuatannya.
            Dalam Al-qur’an kata Al-Insan di ulang sebanyak 65 kali dari keseluruhan ayat-ayat itu. ‘Aisyah menemukan makna yang khas dari apa yang di sebut al- insaniyyah sebagai contoh al- insan yang di sebut sebagai insaniyyah dalam surah Al’Alaq yang menunjukkan gambaran umum mengenai 3 hal:
1.      Manusia tercipta dari ‘Alaq yaitu segumpal darah
2.      Mengisyaratkan hanya manusia yang dikasih ilmu
3.      Mengingatkan manusia bahwa dia memiliki sifat sombong yang bisa menyebabkan lupa pada pencipta.
            Kemudian kata Al-Basyar yang bermakna kulit yang tampak. Dalam Al-qur’an muncul sebanyak 35 kali dan 25 diantaranya menjelaskan kemanusiaan para Nabi dan Rasul. Karenanya dihadirkan Al-Qur’an dalam arti fisik biologis manusia yang tampak jelas.
            Sementara itu secara etimologi, kata bani Adam bermakna generasi keturunan Adam A.S. kata bani Adam bermakna generasi keturunan Adam/ generasi yang dibangun, diturunkan/ dikembangkan  dari Adam A.S yang diciptakan Allah SWT. Karena itu, secara umum terma bani Adam bisa dimaknai sebagai generasi yang di bangun, di turunkan atau dikembangkan dari Adam A.S.
B.     Proses Penciptaan Manusia
            Secara umum Al-qur’an memaparkan bahwa manusia diciptakan dari yang satu yakni Adam A.S yang darinya Allah menciptakan perempuan atau hawa dan dari keduanya berkembang manusia terus menerus.
            Berbeda dengan itu dalam konteks manusia secara umum Al-qur’an memberikan penjelasan yang lebih rinci keterangannya ini bahkan bisa ditelusuri secara seaintefik atau menurut pengetahuan ilmiah. Dalam Q.S Mu’minin: 12- 14 Allah SWT menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari inti sari pasti tanah (من سللة من طين) yang di trasformasi menjadi air mani (نطفة)  kemudian di simpan dalam tempat yang kokoh (قرار مكين) yakni rahim ibu.
            Setelah melalui proses pembuahan air mani tersebut selanjutnya berproses menjadi darah beku (علقة) dan darah beku ini kemudian berproses menjadi segumpal daging (مضغة) yang kemudian di balut dengan tulang belulang (عظما) dan akhinya Allah SWT menjadikannya sebagai makhluk yang berbentuk (خلقا ءاخر) kepada makhluk yang berbentuk inilah kemudian Alah SWT menciptakan ruh.

C.    Tujuan, Fungsi, dan Tugas Penciptaan Manusia
            Dalam konteks ini Islam  menciptakan fungsi penciptaan manusia sebagai makhluk ibadah (عبد الله) yang di perintahkan untuk mengabdi atau menghambakan diri secara kontinio dengan tulus ikhlas hanya kepada Allah SWT semata secara eksplisit. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firmannya:
وما خلقت الجن والإنس الا ليعبدون.
            Secara sempit makna ibadah mengacu pada tugas pengabdian manusia secara individual sebagai hamba Allah SWT. Namun secara luas makna ibadah sebenarnya meliputi: seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya.
            Dalam melaksanakan fungsinya sebagai ‘Abdullah memerintahkan manusia untuk tulus dan ikhlas dalam mengabdikan dari padanya karena itu inti penyerahan diri adalah penyerahan diri total, baik jasmani dan rohani.
            Selanjutnya dalam konteks tugas penciptaan dalam persfektif falsafah pendidikan Islam adalah manusia sebagai khalifah Allah yang diberi tugas sebagai peminpin dan pengganti Allah untuk melaksanakan titahnya baik pada diri sendiri, manusia, dan makhluk lainnya.

Manusia : انس/ الإنسان/ البشر/ بنى ادام
-          tujuan penciptaan: shahadah kepada Allah
-          fungsi penciptaan: mengabdi kepada Allah
-          tugas penciptaan : khalifah fiil ardi

D.    Implikasi Terhadap Pendidikan Islami
            Untuk mengembangkan potensi fisik dan psikis manusia ke arah kesempurnaan maka pendidikan Islam harus merupakan upaya penciptaan situasi dan kondisi yang benar-benar kondusif bagi pengembangan dimensi material dan nonmaterial secra utuh, integral, dan seimbang antara tarbiyah jismiyah wa ruhiyah ( ‘aqliyah, nafsiah, wa qalbiah ).  Keterpecahan dan keseimbangan antara dua dimensi tersebut hanya akan menghasilkan manusia-manusia yang terpecah diri dan kepribadiannya.















RESUME IV( EMPAT)
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya Terhadap Pendidikan dalam Islam
A.    Makna Masyarakat ( Al- Ummah)

            Kata masyarakat selalu dideskripsikan sebagai kumpulan individu-individu manusia yang memiliki kesamaan baik dalam karakteristik maupun tujuan. Boleh jadi pengertian ini diambil dari kata syaraka yang bisa mempunyai makna bersekutu/perserikatan karnanya masayarakat sering di maknai dengan kata kumpulan orang-orang untuk bersekutu/ menghimpunkan diri untuk suatu tujuan/ maksud tertentu.
            Di dalam komunitas muslim terma yang sering digunakan untuk menyebut masyarakat adalah Al-Ummah bentuk tunggal dari jamak Al-umam yang memiliki makna dasar asal, tempat kembali, kelompok, agama, postur tubuh, agama dan tujuan dari kata itu muncul kata amm dan imam.
            Ali syariati mendefenisikan masyarakat sebagai kumpulan orang yang semua individunya sepakat dalam tujuan yang sama dan masing-masing membantu agar bergerak ke arah tujuan yang di harapkan atas dasarkepeminpinan yang sama. Berdasarkan defenisi ini maka ada 4 unsur dalam masyarakat (ummah).
1.      Berhimpun sejumlah individu
2.      Semua individu tersebut sepakat adanya tujuan yang sama
3.      Semua individu dalam kumpulan tersebut saling membantu dalam pencapaian tujuan yang sama
4.      Adanya kepeminpinan yang sama yang disepakati secara bersama.
            Meskipun kata masyarakat terampil dari kosa kata bahasa Arab, namun secara eksplisit terma yang biasa digunakan muslim sebagai entensitas yang bersifat kolektif adalah Al-ummah jamaknya umam digunakan untuk menyebut kelompok manusia yang dihimpun oleh sesuatu seperti agama, ideologi, wakttu dan lain-lain.
            Dalam konteks yang terakhir manusia terma Al-ummah selalu di hubungkan dengan pimpinan nabi/rasul mengarahkan perjalanan seseorang ke arah tertentu. Berjalan di depan/ berada di depan sekali meniru/ mencontoh seseorang/ meniru/ mengabdikannya ikutan.
            Dalam lisan Al-‘arab disebutkan kata ummah dan umam bisa berarti:
1.      Al-jama’ah yakni satu golongan manusia
2.      Setiap generasi manusia dinisbahkan kepada seorang nabi adalah ummah yang satu sepeti nabi Muhammad SAW dan setiap generasi manusia adalah ummat yang satu.
            Menurut Al-Syaibani dalam pandangan Islam masyarakat adalah arena tempat dimana individu dan kelompok berinteraksi menjalin hubungan sesamanya dimana usaha berpadu saling memahami dan menyatakan rasa masing-masing.
            Dalam makna khusus masyarakat muslim dapat di batasi sebagai kumpulan individu/ kelompok manusia yang memiliki kebiasaan, tradisi sikap dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan keyakinan/ agama yakni Islam.
            Berdasarkan studinya tentang konsep masyarakat ideal menurut Al-Qur’an, Nurdin menyimpulkan ciri-ciri khusus masyarakat ideal menurut Al-Qur’an sebagai berikut.
1.      Masyarakat yang sepenuhnya di landasi oleh keimanan yang pokok. Keimanan itu berfungsi sebagai pendorong sekaligus penyeimbang dalam segala aspek proses kemajuan yang terjadi dalam masyarakat. Di samping itu dengan keimanannya, masyarakat tersebuut akan mencapai kemuliaan dan ketinggian.
2.      Masyarakat dimana masing-masing anggotanya bekerjasama untuk saling memerintahkan kepada yang ma’ruf atau segala bentuk kebaikan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama.
3.      Masyarakat dimana para anggotanya senantiasa berikhtiar untuk mencegah setiap kemungkaran yaitu segala bentuk pelanggaran terhadap yang ma’ruf.
4.      Masyarakat dimana para anggotanya menjadikan musyawarah sebagai salah satu pilar penjaga kehidupan masyarakat.
5.      Masyarakat yang menegakkan nilai-nilai keadilan sebagai bahagian dari yang ma’ruf.
6.      Masyarakat dimana di dalamnya tercipta persaudaraan sesama warga.

Menurut al-Syaibani ciri-ciri masyarakat Islam itu dapat di identifikasi dari:
1.      Iman kepada Allah SWT, para nabi dan rasul, kitab-kitab samawi, dan lain-lain.
2.      Agama menempati posisi tertinggi.
3.      Penilaian yang tertinggi di berikan kepada akhlak dan tata susila.
4.      Menghormati dan menjaga kehormatan insan.
5.      Ilmu dijadikan sebagai baris/asas.
6.      Keluarga dan kehidupan keluarga mendapat perhatian besar.
7.      Dinamis dalam arti berubah dan berkembang terus ke arah kebaikan.
8.      Kerja/ amal mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.
9.      Nilai dan peranan harta diperhitungkan untuk memelihara manusia.
10.  Kekuatan dan keteguhan di lentur agama, akhlak dan lain-lain.
11.  Masyarakat yang terbuka.
12.  Bersifat insaniyah.
Syarat bisa dikatakan masyarakat:
1.      Kumpulan individu
2.      Adanya tujuan
3.      Punya peminpin yang sama
4.      Adanya kerja sama
Karakter ummat Islam:
-          Ummatun wahidah (bersatu padu)
-          Ummatun muktasidah (moderat/ tidak berlebihan)
-          Ummatun washitah
-          Khairu ummat

-          Pengecut                                                                                 Nekad
berani



RESUME KE V( LIMA)
Konsep Alam Semesta dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Dalam Islam
A.    Makna Alam Semesta
            Dalam perspektif Islam, alam semesta adalah segala sesuatu selain Allah SWT karenanya alam semesta bukan hanya langit dan bumi tetapi meliputi segala sesuatu yang ada dan diantara keduanya tidak hanya itu di dalam perspektif Islam diamati melalui penginderaan manusia, tetapi mencakup juga segala sesuatu yang tidak dapat diamati oleh penginderaan manusia di dalam Islam segala sesuatu selain Allah SWT yang dapat di dekai/ diamati melalyi penginderaan manusia di sebut sebagai “alam syahada”  ia merupakan fenomena semesta itu segala sesuatu selain Allah  SWT yang tidak dapat diamati/ di dekati melalui penginderaan manusia di sebut sebagai “alam ghaib” karenanya ia adalah alam noumena.
            Menurut KBBI kata alam memiliki arti segala yang ada dilangit dan dibumi (seperti bulan, planet-planet, bintang-bintang) sedangkan kata semesta yaitu segenap, seluruh semua keseluruhan.
            Dengan perspektif Islam, alam semesta adalah segala sesuatu selain Allah Swt. Dalam Al-Quran term alam hanya ditemukan dalam bentuk plural atau alamin kata ini terulang sebanyak 73 kali dan tersebar pada 30 surah. Penggunaan bentuk plural ini mengidentifikasikan bahwa alam semesta ini banyak atau beraneka ragam. Disisi lain, alam semesta bisa didefinisikan sebagai kumpulan jauhar yang tersusun dari maddah dan surah (bentuk) yang diklasifikasikan kedalam wujud yang keukrit(syahadah) dan wujud abstrak (ghaib) kemudian disisi lain alam semesta ini bisa juga dibagi-bagi kedalam beberapa jenis. Seperti benda padat (jamadad) tumbuh-tumbuhan( nabatat), hewan(hayawan), dan manusia.
            Dalam Al-Quran, pengertian alam semesta dalam arti jagat raya bisa dipahami dari terma (السموات والأرض وما بينهما) ungkapan ini berulang sebanyak 20 kali dan tersebar pada 15 surah. Berkenaan dengan ini, Sirajuddi zar menyatakan bahwa ungkapan ((السموات والأرض وما بينهما) tidak hanya menunjuk pada pengertian kumpulan alam fisik saja, tetapi mencakup juga pada seluruh alam fisik maupun non fisik.
            Shihab menyatakan bahwa semua yang maujud selain Allah Swt baik yang telah diketahui atau belum disebut alam. Kata alam terambil dari asal kata yang sama dengan ilm dan alamah yaitu segala sesuatu yang menjelaskan seisinya.
             Al-Quran secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan alam semesta ini adalah untuk memperlihatkan kepada manusia tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan Allah Swt. Dalam Al-Quran secara eksplisit dinyatakan : kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda –tanda keberadaan kekuasaan kami di segenap ufuk(alam makro) dan pada diri mereka sendiri (alam mikro) sehingga jelaslah bagi mereka bahwa ia adalah al-haq (Q.S.Fussilat:53).
            Dalam kehidupannya manusia berinteraksi dengan alam semesta. Berikut karakter/wataknya secara umum alam itu dibagi dalam 2 jenis:
1.      Alam syahadah:wujud konkrit dan dapat dilihat panca indra
2.      Alam ghaib: wujud yang tidak tampak oleh panca indra.

B.     Tujuan Penciptaan Alam Semesta
            Secara eksplisit Allah SWT menegaskan bahwa dia tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya secara main-main kecuali dengan al-Haq, itu berarti bahwa tidak ada ciptaan Allah SWT sekecil apapun ciptaan itu yang tidak memiliki arti dan makna apalagi alam semesta yang terbentang luas ini.
            Dalam perspektif Islam, tujuan penciptaan alam semesta ini pada dasarnya adalah sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan kemahakuasaan Allah SWT secara ontologis adanya alam semesta ini mewajibkan adanya zat yang mewujudkan dalam konteks ini. Keberadaan alam semesta merupakan petunjuk yang sangat jelas tentang keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan maha pencipta.
            Al-qur’an telah menyatakan dengan tegas bahwa Tuhan penciptaan alam semesta ini adalahuntuk memperlihatkan kepada manusia tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Dalam konteks ini keberadaan alam semesta merupakan petunjuk yang sangat jelas tentang keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan pencipta seluruh alam.
            Peran manusia dalam alam semesta:
1.      Sebagai khalifah dimana manusian disuruh dan di minta menjadi peminpin di alam dunia ini.
2.      Pengatur alam atau perantara Allah. Manusia sebagai pengatur alam semesta, ketika mau menjaga alam maka kebaikan untuk manusia ketika merusak alam. Itupun untuk mereka juga


Fungsi alam semesta
-          Sebagai institusi pendidikan Islam
            Alam semesta merupakan institusi pendidikan yakni tempat dimana manusia di didik, di bina, di latih, dan di bimbing agar berkemampuan merealisasi atau mewujudkan fungsi dan tugasnya sebagai Abdullah dan khalifah (amal ibadah dan amal shaleh). Melalui proses pendidikan di alam semesta inilah kelak Allah SWT akan menilai siapa di antara hambanya yang mampu meraih markah/ prestasi terbaik.
Konsep alam semesta Menurut Filsafat
Ontologi: makhluk
Aksiologi: jalan yang menghantarkan kepada Tuhan
Epistimologi: objek ilmu

Takdir ada 2
1.      Tidak bisa di rubah: معلق
2.      bisa dirubah مبهم:
           
                       

RESUME VI (ENAM)

Konsep Ilmu dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan dalam Islam

A.    Pengertian al-‘ilm
            Secara bahasa kata ilmu berasal dari adar kata ع-ل-م  yang diambil dari kata ‘alamah yang berarti tanda, petunjuk, atau indikasinya yang dengannya sesuatu/ seseorang dikenal kognisi atau label.
            Kata ‘ilm juga merupakan bentuk defenisi dari kata ‘lima , ya’lamu, ‘ilman (dengan wajan: fa’ila, yaf’alu, fa’lan) yang berarti pengetahuan. Dalam al-qur’an baik dalam bentuk defenitif maupun indefenitif kata ‘ilm seperti علما  (mengajarkan), يعلم (mereka mengetahui), alim (sangat mengetahui).
            Berdasarkan makna semantik di atas dapat dipahami bahwa dalam Islam Allah SWT adalah sumber segala ilmu pengetahuan dan karenanya semua ilmu pengetahuan yang diketahui dan dimiliki manusia datangnya dari Allah SWT. Dilihat dari perspektif ini maka Al-Attas mendefenisikan ilmu dari dua sisi. Pertama sebagai sesuatu yang datangnya dari llah SWT maka ilmu dapat didefenisikan sebagai sampaikannya makna/bentuk sesuatu ke dalam jiwa manusia/ pencari ilmu. Kedua sebagai sesuatu yang diterima oleh jiwa yang aktif dan kreatif. Maka ilmu dapat di defenisikan sebagai sampainya jiwa manusia pada makna sesuatu atau objek pengetahuan.
            Kedatangan dari sisi pencari ilmu, adalah suatu proses yang memerlukan mental atau jiwa aktif dan persiapan spritual tanpa jiwa yang aktif dan persiapan yang aktif.

B.     Instrumen Meraih Ilmu Pengetahuan
            Ketika dilahirkan dari rahin ibunya, manusia tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu walau sedikit pun. Namun di samping ketidaktahuan tersebut manusia di berikan Allah SWT dengan potensi psiko-fisik yang dapat diperpedayakansebagai instrumen untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sampai pada level pengetahuan untuk mampu bersyukur kepada Tuhan, bila diamati. Semua manusia mengawali pemerolehan pengetahuan tentang sesuatau melalui panca indra. Dalam jenjang waktu tertentu sejak bayi hingga akhir masa kanak-kanak kita hanya mampu memperoleh pengetahuan tentang diri dan objek-objek pengetahuan di sekitar kita melalui panca indra (emprisme).
            Ketika beranjak dewasa, secara bertahap kita mulai menyadari bahwa tidak semua pengetahuan yang diperoleh melalui panca indra tersebut bisa dipercayai/ dipedomani kebenarannya. Dalam hal tertentu, pengetahuan indrawi tersebt justru menipu, bahkan berpotensi mnyesatkan kita. Contoh indra mata kita melihat bintang, bulan, matahari tampak kecil. benarkah demikian?
            Ketika beranjak dewasa kita mulai meragukan pengetahuan indrawi. Dalam konteks fiqih, setelah masa kanak-kanak kita memasuku aqil baligh, pada masa ini akal yang dianugerahkan Allah SWT mulai mampu kita fungsikan melalui instrumen indrawi.
            Al-Ghazali menuliskan dalam miyar al-‘ilm dan al-munqdiz min al- Dlalal dalam paparannya Al-Ghazali mengemukakan bahwa ada dua instrumen yang digunakan manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yaitu panca indra (hissiyah) dan akal (aqliyah) mendapatkan pengetahuan langsung tanpa akal bahkan tanpa usaha dan belajar. Pengetahuan khusus ini untuk para nabi-nabi dan rasul-rasul serta para wali-wali Allah AWT yang masuk langsung ke hati mereka.

C.    Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan
            Dalam falsafah Islam secara ontologis dipahami bahwa esensi realistis adalah yang maha tunggal yakni Allah SWT sebagai realistis mutlak dan Allah SWT adalah sumber dari segala yang ada. Konsep tentang realistis memiliki implikasinya ontologi terhadap ilmu pengetahuan yang akan di tranformasi melalui pendidikan Islam.
            Sebahagian pendidikan diwahyukan Allah SWT kepada hamba-hamba yang dipilihnya (para nabi dan rasul) melalui ayat-ayat Qauliyah/ Qur’aniyah dan sebahagian lagi dapat diperoleh melalui pendaya gunanya indra akal dan hatinya sebagai sumber ilmu Al-quran merupakan petunjuk kejalan yang benar. Dan disamping itu ada juga Al-Hadits (perkataan, perbuatan, sifat) yang dilakukan nabi Muhammad yang perlu dikaji dan dikembangkan serta kita contoh sebagai ummatnya.
            Manusia juga bisa memperoleh pengetahuan dari lam dengan menggunakan panca indra akal dan hatinya. Selain Al-qur’an, Hadits dan alam semesta, sejarah juga merupakan sumber ilmu pengetahuan. Sebagaimana dinyatakan wan daud ketika merujuk sejarah sumber ilmu pengetahuan. Al-qur’an sering menggunakan terma ibrah.

D.    Klasifikasi/ Pembidangan Ilmu Pengetahuan
            Menurut Al-Ghazali secara umum ilmu itu dibagi kepada 2 yaitu:
a.       Ilmu mu’amalah yaitu ilmu yang membahasa mengenai keadaan hati yang mengajarkan nilai-nilai mulia dan melarang tindakan yang melanggar kesusilaan pribadi dan etika, sosial dan syari’at yang terdiri dari fardu ‘ain dan kifayah.
b.      Ilmu mukasyafah yaitu puncak dari semua ilmu karna ia berhubungan dengan hati, ruh, jiwa, dan pensucian jiwa.

E.     Karakteristik Ilmu Muslim
            Menurut KBBI ilmuan adalah orang yang ahli (banyak pengetahuan mengenai suatu ilmu). Muslim adalah orang yang berserah diri kepada Allah SWT baik itu jiwa serta raganya.
Ilmuwan adalah orang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh. Muslim adalah seseorang yang berserah diri kepada allah. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik ilmuwan muslim adalah ciri atau sifat khas seseorang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh dan beragama islam.
Karakter / tanda-tanda seorang ilmuwan muslim yaitu:
1.                   Bersungguh – sungguh belajar            4. Menyampaikan ilmu
2.                   Berpihak pada kebenaran                    5. Sangat takut pada Allah SWT
3.                   Kritis dalam belajar                             6. Bangun diwaktu malam

F.  Implikasi Terhadap Pendidikan Islam
           Agama islam meletakkan martabat tingginya kepada ilmu dan para ilmuwan. Bahkan penghargaan al-qur’an terhadap ilmu memiliki implikasi yang luas terhadap kedudukan manusia sebagai khalifah dan hamba allah karena manusia sebagai subjek pendidikan memiliki peranan sebagai transformasi pendidikan dan sebagai pengetahuan itu sendiri.
           Jadi ilmu memiliki suatu gagasan system pemikiran tersendiri sebagai pengetahuan keilmuwan yang masing-masing memiliki metodologi sender. Pentingnya ilmu bagi manusia menyebabkan pencarian dan perkembanga memiliki nilai tanggung jawab kesamaan. Dalam hal ini akan sistematis dalam kajian kurikulum pendidikan islam sebagai teori pendidikan islam.














RESUME VII (TUJUH)
Konsep Dasar Pendidikan dalam Islam

a.      Pengertian Ta’lim, Ta’dib, nan Tarbiyah
-          Ta’lim
            Menurut atabik Ali A. Mudhor kata ta’lim sepadan dengan kata darrasa, terambil dari علّم – يعلّم – تعليما yang secara bahasa berartimengajar atau mendidik. Menurut Ridha ta’lim adalah proses ttansisi ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Argumentasinya di dasarkan pada firman Allah SWT.
وعلّم ءادم الأسماء كلها ثم عرضهم على الملائكة.
Dan dia mengajarkan kepada Adam perbendaharaan ilmu pengetahuan (Al- Asma Kulluha) kemudian memalumkannya kepadaa Malaikat.
            Al-Asfahany menyatakan bahwa ta’lim adalah pemberitahuan yang dilakukan dengan berulang-ulang dan sering sehingga berbekas pada diri muta’allim. Di samping itu, ta’lim juga adalah menggugah. Untuk mempersepsikan makna dalam pikiran karenanya, sebagaimana dikemukakan Jalal dalam konteks ta’lim, apa yang dilakukan Rasulullah saw bukan sekedar membuat umat Islam bisa membaca apa yang tertulis, melainkan dapat membaca dengan renungan , pemahaman, pengertian, dan tanggung jawab dan amanah.
-          Ta’dib
            Menurut Ibn al-manzhur arti kosa kata addaba adalah (الدعاء) yang berarti undangan. Kata ini kemudian digunakan dalam arti undangan kepada suatu perjamuan. dalam salah satu Hadits Rasullah saw bersabda:
انّ هذا القرآن مأدبة الله فى الأرض فتعلموا مأدبته.

            Al-qur’an ini adalah (undangan) penjamuan Allah diatas bumi, maka belajarlah dari penjamuannya.
            Menurut Salabi terma ta’dib sudah digunakan pada masa Islam klasik, terutama untuk pendidikan yang diselenggerakan dikalangan istana pada khalifah pada masa itu , sebutan yang digunakan untuk memanggil guru adalah muaddib. Salabi dengan mengutif al-Jahiz menyatakan bahwa terma muaddib berasala dari kata adab. Dan adab itu bisa berarti budi pekerti/meriwayatkan guru para putera khalifah disebut muaddib dikarenakan mereka bertugas  mendidikkan budi pekerti dan meriwayatkan kecerdasan orang-orang terdahulu.
-          Tarbiyah
            Terma tarbiyah berasal dari kata Robb yang menurut Anis bermakna tumbuh dan berkembang. Pengertian seperti ini juga diberikan oleh Al-Qurtuby yang menyatakan bahwa pengertian dasar kata Rabb menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara , merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya. Sementara itu, menurut Al-Asfahany. An bertahap atau membuat sesuatu untuk mencapai kesempurnaan secara bertahap.
            Shihab menyatakan bahwa kata rabb sebagaimana terdapat pada ayat kedua surah al-fatihah seakar dengan kata tarbiyah. Yaitu mengarahkan sesuatu tahap demi tahap menuju kesempurnaan fungsinya dan kejadian. Berdasarkan hal itu, Shihab kemudian memberi arti tarbiyah sebagai kependidikan atau pemeliharaan. Dalam arti ini, maka apapun bentuknya perlakuan tuhan kepada demikian itu, sama sekali tidak terlepas dari sifat kepemiharaan dan kependidikannya.
B.     DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM
            Dasar pendidikan Islam tentu saja didasarkan pada falsafah hidup suatu negara tanpa didasarkan kepada falsafah hidup suatu negara tanpa dibatasi ruang dan waktu. Ajaran itu bersumber dari al-quran, sunnah, dan ra’yu(hasil pemikiran ulama).



-          Al-Qur’an
            Al-Quran adalah kalam Allah Swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad melaludapatpahala.i perantaraan malaikat jibril dalam bentuk bahasa arab yang membacanya dapat pahala.
-          Sunnah
Dan menurut Abdurrahman al-nahlawi mengemukakan dalam lapangan pendidikan sunnah mempunyai 2 faedah.
1.      Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di dalam Al-Quran dan menerangkan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya.
2.      Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat dipraktekkan.

-          Ra’yu
            Pendidikan sebagai lembaga sosial akan turut mengalami perubahan sesuai dengan perubahan yanng terdapat di masyarakat . untuk itulah diperlukan ijtihad dari pendidik muslim.

C.    TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
            Tujuannya yaitu menciptakan manusia yang bersahadah kepada Allah Swt. Dalam perspektif falsafah pendidikan islami, aktualisasi syahadah tersebut harus ditampilkan dalam kemampuan manusia muslim menunaikan fungsinya sebagai abdullah dan melaksanakan tugasnya secara sempurna.

kognitif تعليم:
afeksi/ psikomotorik تأديب:
bisa untuk manusia/ hewan, barang-barang dan lain-lain تربية:




RESUME VIII( DELAPAN)

‘’ HAKIKAT PENDIDIKAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM’’
A.    Pengertian Mu’alim, Muadib Dan Murabbi
-        Mu’allim
              Berarti orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Sebagai Mua’llim, pendidik harus merupakan sosok “alimun, yaitu ilmuwan yang memilki pengetahuan tentang al- alim, manusia, alam semesta dan semua makhluk ciptaan Nya dan ia sendiri hidup dengan penegetahuan yang dimiliki nya tersebut.
              Sebagai mu’allim yang bertugas membantu peserta didik ( muta’allim) dalam mengembangkan diri dan potensi yang mereka miliki untuk sampai pada syahadah kepada Allah SWT. Seorang mu’allim tidak hanya bertugas membacakan ayat-ayat Qur’aniyah dan Kauniyah , tetapi juga berkemampuan mensucikan jiwa peserta didik sehingga dengan kesucian itu mereka mampu memahami dan menguasai  al- kitab dan al- hikmah, serta hal-hal lain yang belum mereka ketahui.
-       Muaddib
              Muaddib bermakna sebagai manusia yang beradab ( insan abadi ). Sebagai muaddib pendidik adalah orang yang bertugas menyemai dan menanamkan adab kedalam diri seseorang ( mutaaaddib). Seorang muaddib haruslah sosok memiliki adab, yang dengan adab tersebut ia mampu mendisiplinkan diri sendiri dan orang lain, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, jiwa dan prilaku bersyahadah kepada Allah SWT.
-        Murabbi
              Murabbi yang juga berarti pendidik.Allah SWT disebut sebagai Rabb al- alamin, karena dialah pemelihara dan pendidik alam semesta. Seorang murabbi atau pendidik harus meupakan sosok yang memiliki sifat-sifat rabbany, yaitu nama yang diberikan bagi orang-orang bijaksana yang terpelajar dalam bidang pengetahuan tentang al- rabb.
              Pengetahuan dan syahadah tentang al- rabb itu pula lah yang yang menjadikannya layak sebagai murabbi bagi peserta didiknya ( mutarrabi ). Bila dikaitkan dengan Q.S al isra’ ayat 17 maka dalam terma murabbi terkandung pula makna adanya kasih saying dalam diri dan kepribadian seorang murabbi.
B.     Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Islam
           Dalam islam, mendidik dipandang sebagai suatu tugas yang sangat mulia. islam menempatkan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila disbanding manusia lainnya. Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik. Aktivitas mendidik itu sebahagian dilakukan dalam bentuk mengajar, melatih, membimbing, mengarahkan , memberi dorongan, memuji , memberi contoh atau keteladanan, membiasakan bahkan memberi hadiah dan hukuman. Karenany, tugas mendidik bukan hanya itu yaitu proses dimana peserta didik dibina agar dapat merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya secara maksimal.
           Dalam islam, tugas utama yang harus di embani pendidik pada dasarnya adalah mengenalkan dan meneguhkan kembali perjanjian suci manusia terhadap Allah SWT. Untuk itu, seorang pendidik  harus berupaya menghantarkan peserta didiknya kearah pengenalan kembali kepada Allah SWT yang telah diikrarkan ketikan individu manusia berada dialam ruh.
C.     Kararteristik Pendidik Muslim
           Menurut An- Nahlawi, seorang pendidik muslim memilki karakteristik sebagai berikut :
1.      Mempunyai watak dan sifat Rabbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku dan pola pikirnya.
2.      Bersifat ikhlas
3.      Bersifat sabar dalam mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik
4.      Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya
5.      Senantiasa membekali diri dengan ilmu dan kesedian diri untuk terus mengkajinya
6.      Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi
7.      Mampu mengelola siswa, tegas dalam bertindak, dan berprilaku professional
8.      Mengetahui kehidupan psikis para peserta didik sesuai dengan perkembangannya
9.      Bersikap adil terhadap para peserta didiknya.



RESUME KE X( SEPULUH)
A.    HAKIKAT PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Peserta didik merupakan individu yang belum dewasa yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. anak kandug adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah pesrta didik di sekolah, anak-anak penduduk adalah peserta didik masyarakat sekitarnya dan umat beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peserta didik dalam pendidikan Islam tidak sebatas pada para anak didik, tetapi semua manusia adalah peserta didik, bahkan pendidikpun  dapat disebut peserta didik karena tidak ada manusia yang ilmunya mengungguli ilmu-ilmu Allah. Semua manusia harus terus belajar dan saling mengajar maka pantasnya semua manusia mengakui dirinya fakir dalam ilmu.

B.  Hakikat Peserta Didik
1.      Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa akan tetapi memiliki dunianya sendiri.
2.      Peserta didik adalah manusia yang memiliki  deferensiasi periodesasi perkembangan dan pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk diketahui agar aktivitas kependidikan Islam disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembaangan yang pada umumnya dilalui oleh setiap peserta didik.
3.      Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.
4.      Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual (differensiasi individual), baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun di mana dia berada.
5.      Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani.
6.      Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

C.  Sifat-Sifat yang Harus Dipenuhi Peserta Didik
Al-Ghazali, yang telah dikutip oleh Abidin Ibnu Rush mengemukakan beberapa hal yang harus dipenuhi peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
a.       Belajar merupakan proses jiwa.
b.      Belajar menuntuk konsentrasi
c.       Belajar harus didasari sikap tawadhu’
d.      Murid tidak melibatkan diri dalam perdebatan atau diskusi tentang segala ilmu sebelumterlebih    dahulu mengkaji dan memperkokoh pandangan dasar ilmu-ilmu itu.
e.       Murid hendaknya mampu memprekdisikan kehidupan yang akan datang berdasarkan kejadian  sekarang dan silam.
f.       Belajar bertahap
g.      Tujuan belajar untuk berakhlakul karimah
D.  Kebutuhan Peserta Didik
Banyak kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi oleh pendidik, di antaranya:
a.       Kebutuhan fisik
b.      Kebutuhan sosial
c.       Kebutuhan untuk mendapatkan status
d.      Kebutuhan mandiri
e.       Kebutuhan untuk berprestasi
f.       Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai
g.      Kebutuhan untuk curhat
h.      Kebutuhan untuk memiliki tujuan  hidup
E.  Intelegensi Peserta Didik
          Intelegensi (kecerdasan) dalam bahasa Inggris disebut intelligence dan bahasa Arab disebut al-dzaka menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu. Pada awalnya kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktur akal dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif. Namun pada perkembangan berikutnya, disadari bahwa kehidupan manusia bukan semata-mata memenuhi struktur akal, melainkan terdapat struktur kalbu yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek efektif. Maka dari itu, kecerdasan peserta didik adalah mencakup hal-hal berikut:
1.      Kecerdasan intelektual 
2.      Kecerdasan emosional
3.      Kecerdasan spiritual
4.      Kecerdasan qalbiyah
F.   Potensi Peserta Didik
Sesuai dengan kesuciannya dalam struktur manusia, Allah telah memberi seperangkat kemampuan dasar yang memilih kecenderungan berkembang. Dalam perspektif Islam kemampuan itu disebut dengan fitrah yang dalam pengertian etimologis, mengandung makna kejadian atau suci. Secara kronologis kata فطرت berasal dari kata kerja فطر yang berarti menjadikan. Allah berfirman dalam Qur’an surat Ar-Rum ayat 30,
فأقم وجهك للدين حنيفا فطرت الله التى فطر الناس عليها لا تبديل لخلق الله ذالك الدين القيم ولكن اكثر الناس لايعلمون
artinya: Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Tetapkanlah pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Tidak ada perubahan bagi fitrah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Berdasarkan firman Allah tersebut, dapat kita ketahui bahwa makna fitrah adalah suatu kemampuan dasar manusia yang berkembang secara dinamis , dianugerahkan kepada Allah kepadanya dan mengandung komponen-komponen tersebut bersifat dinamis dan responsif terhadap pengaruh lingkungan sekitar, termasuk pengaruh pendidikan. Komponen-komponen tersebut menurut H. M. Arifin sebagaimana dikutip oleh Beni Ahmad adalah sebagai berikut:
1.      Bakat, yakni suatu kemampuan pembawaan yang potensial dan mengacu pada kemampuan akademis, profesional, dalam berbagai bidang kehidupan. bakat ini berpangkal pada kemampuan kognisi, konasi, dan emosi.
2.      Instink atau gharizah, suatu kemampuan berbuat atau beraktivitas tanpa melalui proses belajar.
3.      Driver atau dorongan nafsu, dalam tasawuf dikenal adanya jenis nafsu, seperti lawwamah, mutma’innah.
4.      Karakter atau watak, karakter ini berkaitan dengan tingkah laku moral dan sosial serta etis seseorang.
5.      Intuisi, merupakan kemampuan psikologis menusia untuk menerima ilham Tuhan.







RESUME KE XI (SEBELAS)
HAKIKAT KURIKULUM DALAM FILSAFAT PAI

A.    PENGERTIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Istilah kurikulum yang berasal dari bahasa latin curriculum semula bararti a running course, or race course, especially a chariot race course  dan terdapat pula dalam bahasa perancis courier  artinya, to run, berlari. Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah.
Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Saylor dan Alexander merumuskan kurikulum sebagai the total effort of scool situation. Defenisi ini jelas lebih luas dari pada sekedar meliputi mata pelajaran, yaitu segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu, kurikulum tidak hanya mengenai situasi idalam sekolah, tetapi juga diluar sekoLah.
Menurut Crow, kurikulum adalah rancangan pengajaran yang berisi sejumlah mata           pelajaran yang disusun secara sistematis sebagai syarat untuk menyelesaikan sauatu program pendidikan tertentu. Sementara kurikulum dalam zaman modern ini mempunyai makna sejumlah kekuatan. Factor-faktor pada lingkungan pengajaran pendidikan oleh sekolah bagi murid-muridnya baik didalam maupun diluar sekolah, dan sejumlah pengalaman yang lahir dari interaksi dengan kekuatan-kekuatan dan factor-faktor itu. Sedangkan pengertian kurikulum pendidikan islam dalam bahasa arab adalah manhaj (jalan terang) yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mulia mereka.
Hilda Taba mengemukakan bahwa curriculum is a plan for  learning, bahwa kegiatan dan pengalaman anak di sekolah harus direncanakan agar menjadi  kurikulum. Ada pula yang berpendirian bahwa kurikulum sebenarnya meliputi pengalaman yang direncanakan, dan yang tidak direncanakan yang di sebut hidden curriculum atau kurikulum yang tersembunyi.
Pendidikan islam secara fungsiona aalah merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan al-insan al-kamil meelalui penciptaan situasi interaksi edukatif yang kondusif.
Kurikulum pendidikan agama islam merupakan model rekayasa individual dan social yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan bentuk masyarakat ideal ke masa depan yang sesuai dengan idealitas islam. Untuk itu perlu dirancang suatu bentuk kurikuum pendidikan islam yang sepenuhnya mengaju pada nilai-nilai asasi ajaran islam.
Dalam kosa kata arab, istiah kurikulum dikenal dengan kata manhaj  yang berarti  yang terang atau jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya apabila pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan, maka manhaj atau kurikuum berarti jalan terang yang dilalui pendiik atau guru latih engan orang-orang yang didik atau dilatihnya untuk mengembangankan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.

B. Aspek-aspek Kurikulum Pendidikan Islam
1.      Tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh kurikulum itu.
2.      Pengetahuan, ilmu-ilmu, data, aktivitas-aktivitas, dan pengalaman yangmenjadi sumber terbentuknya kurikulum.
3.      Metode dan cara mengajar dan bimbingan yang diikuti oleh pesrta didik untuk mendorong mereka kearah yang dikehendaki oleh tujuan yang dirancang.
4.      Metode dan cara penelitian yang digunakan dalam mengukur hasil proses pendidikan yang dirancang dalam kurikulum

C.    KARAKTERISTIK KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Secara umum karakteristik kurikulum pendidikan islam adalah pencerninan nilai-nilai islam yang dihasilkan dari pamikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan dalam prakteknya .dalam konteks ini harus difahami bahwa karakteristik kurikulum pendidikan islam senantiasa memiliki keterkaitan yangtidak dapat dipisahkan dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan allah swt dan rasulnya, muhammad saw . konsep inilah yang membedakan kurikulum pendidikan islam dengan kurikulum pendidikan pada umumnya .
Menurut al –syaibany ,diantara ciri-ciri kurikulum pendidikan islam itu adalah
1.      mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai  hal seperti tujuan dan kandunggan,kaedah, alat dan tekniknya.
2.      Meluaskan perhatian daan kandungan hingga mencakup perhatian,pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar ari segi intelektual, psikologi,social, dan spiritual. Begitu juga cakupan kanungannya termasuk bidang ilmu, tugas dan kegiatan yang bermacam-macam.
3.      Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni, pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
4.      Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi juga meliputi seni halus,aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer,tenik,pertukangan, bahasa asing an lain-lain.
5.      Keterkaitan antara kurikuum pendidikan islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan perbedaan individu antara siswa. Disamping itu juga keterkaitannya dengan alam sekitar budaya dan social dimana kurikulum itu terlaksana.
D. Tujuan kurikulum Pendidikan Islam belajar mengajar.
            Pendidikan Isalam mempnyai tujuan untuk mencapai perkembangan yang menyeluruh dan perpadu dengan kepribadian para peserta didik. Disamping itu kurikulum pendidikan Islam juga mempunyai tujuan untuk memberi sumbangan dalam perkembangan masyarakat Islam, memperkuat keprisbadian islam yang berdiri sendiri.
Bahan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan islam pada masa sekarang ini nampaknya semakin luas. Hal tersebut karena dipicu oleh kemajuan beberapa ilmu pengetahuan dan kebudayaan , disamping itu juga karena bertambahnyha beban yang harus ditanggung oleh pihak sekolah.
Oleh kerena tuntutan perkembangan yang sedemikian rupa, maka para perancanaan kurikulum pendidikan Islam memperluas cakupan yang dikandung oleh kurikulum tersebut, antara lain yang berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai memperhatikan pula tingkat perkembangan siswa yang bersangkutan.







RESUME KE XII( DUA BELAS)
“HAKIKAT METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM”
a.       Pengertian Metode Dalam Pendidikan Islam
Dalam penggunaan metode pendidikan islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seseorag pendidik dapat memahami hakikat metode dalam relevansinya denagn tujuan utama pendidikan Islam yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah swt. Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk  mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantab.
Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pandidikan Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Di samping itu, dalam uaraian tersebut ditunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik.

b.      Karateristik Metode Dalam Pendidikan Islam
Diantara karakteristik metode pendidikan Islam:
·         Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam, mulai dari pembentukannya, penggunaannya sampai pada pengembangannya tetap didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran yang universal.
·          Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap tidak dapat dipisahkan dengan konsep al-akhlak al-karimah sebagai tujuan tertinggi dari pendidikan Islam.
·         Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa membuka diri dan dapat menerima perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi proses kependidikan Islam tersebut, baik dari segi peserta didik, pendidik, materi pelajaran dan lain-lain.
·         Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh untuk menyeimbangkan antara teori dan praktik.
·         Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan kebebasan peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas-batas kesopanan dan akhlak karimah.
·         Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai-nilai keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan serta mengkombinasikan berbagai metode pendidikan yang ada dalam mencapai tujuan pengajaran.
·         Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif yang kondusif .
·         Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.[11]Karateristik Metode Dalam Pendidikan Islam

c.       Jenis Metode
1.      Metode Ceramah
2.      Metode Tanya Jawab.
3.      Metode Diskusi
4.      Metode Pemberian Tugas
5.      Metode Demonstrasi
6.      Metode Eksperimen
7.      Metode Amsal/Perumpamaan
8.      Metode Targhib dan Tarhib
d.      Dasar Pertimbangan Dalam Menetapkan Metode
Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih suatu metode pembelajaran, yaitu:
1.      Karakter materi pelajaran
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri sehingga perlu disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode tertentu. Termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dari materi pelajaran tersebut. Misalnya mata pelajaran bersifat eksakta lebih tepat menggunakan metode eksperimen atau demonstrasi.
2.      Ketersediaan sarana belajar
Alat, sarana dan media yang tersedia di sekolah sangat mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran. Metode eksperimen atau demonstrasi tidak mungkin digunakan jika penunjang metode tersebut tidak tersedia.
3.      Kemampuan dasar siswa
Kemampuan dasar siswa di sekolah pedesaan berbeda dengan di perkotaan. Ini menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode pembelajaran. Menggunakan metode resitasi dan tugas, misalnya, bisa berjalan baik bila kemampuan dasar siswa berdiskusi cukup memadai. Selain itu perlu keterampilan siswa berbicara dalam sebuah diskusi.
4.      Alokasi waktu pembelajaran
Alokasi waktu yang tersedia dan tercantum dalam kurikulum perlu dipertimbangkan oleh guru. Jika waktu tersedia terbatas maka guru akan memilih metode sederhana seperti ceramah, tanya jawab dan diskusi. Ini tidak mungkin menggunakan metode eksperimen atau resitasi karena metode ini membutuhkan waktu yang cukup.


















RESUME KE XIII( TIGA BELAS)
“HAKIKAT GANJARAN DAN HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM”
A.    Pengertian Ganjaran Dan Hukuman dalam Pendidikan Islam.
Hukuman sebagai salah satu teknik  pengelolaan kelas sebenarnya  masih terus menjadi bahan perdebatan. Akan tetapi apapun alasannya hukuman sebenarnya tetap diperlukan dalam keadaan sangat terpaksa, katakanlah semacam pintu darurat yang suatu saat mungkin diperlukan. Hukuman merupakan alat pendidikan represif,  disebut juga alat pendidikan korektif,  yaitu bertujuan untuk menyadarkan anak kembali pada hal- hal yang benar atau yang tertib.Dalam bahasa Arab “hukuman” diistilahkan dengan “iqab, jaza’ dan ‘uqubah”. Kata “Iqab” bisa juga berarti balasan. Al-Qur’an memakai kata” iqab “ sebanyak 20 kali.
GanjaranDalam Kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “ ganjaran” adalah 1.Hadiah(sebagai pembalas jasa) , Hukuman, balasan. Dari  pengertian ini dapat dipahami bahwa “ ganjaran “ dalam bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan yang baik maupun yang buruk.
Sementara itu dalam bahasa Arab “ganjaran” diistilahkan dengan” tsawab”. Kata “tsawab” bisa juga berarti ; pahala, upah dan balasan. Kata “tsawab” banyak ditemukan dalam Al-Qur’an , khususnya ketika kitab suci ini  berbicara tentang apa yang akan diterima oleh seseorang baik di dunia mnaupun diakhirat dari amal perbuatannya.

B.     Bentuk –Bentuk Ganjaran Dan Hukuman dalam Presfektif Islam
Dengan hal itu , Suwarno mengungkapkan  berdasarkan W.Stern  terdapat tiga tingkatan hukuman sesuai dengan perkembangan anak , yaitu :
·         Hukuman Asosiatif , dimana penderitaan yang ditimbulkan akibat hukuman tadi ada asosiasinya dengan kesalahan anak. Hukuman asosiasif dipergunakan bagi anak kecil.
·         Hukuman Logis , dimana anak dihukum sehingga mengalami penderitaan yang ada hubungan logis dengan kesalahan. Hukuman logis ini dipergunakan pada anak-anak yang sudah agak besar yang sudah mampu memahami hubungan antara kesalahan yang diperbuatnya dengan hukuman yang diterimanya.
·         Hukuman moril, tingkatan ini tercapai pada anak-anak yang lebig besar, dimana anak tidak hanya sekedar menyadari hubungan logis antara kesalahan dengan hukumannya, tetapi tergugah perasaan kesusilaannya atau terbangun kata hatinya, ia merasa harus menerima hukuman sebagai sesuatu yang harus dialaminya.
Bentuk-bentuk ganjaran  Ganjaran yang kita berikan pada siswa terdapat beberapa macam ganjaran.Ag.Soejono pada garis besarnya dapat dibedakan  ganjaran itu kepada empat macam :
1.      Pujian adalah satu bentuk ganjaran yang paling mudah dilaksanakan.Pujian dapatberupa kata-kata seperti : baik , bagus sekali dan sebagainya , tetapi dapat  berupa kata-kata sugesti.
2.      PenghormatanGanjaran berupa kehormatan dapat berbentuk dua macam , yaitu
·         Berbentuk semacam penobatan, yaitu anak yang mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan teman-temannya sekelas, teman-teman sesekolah , atau mungkin juga dihadapan para teman dan wali murid.
·         Penghormatan berbentuk pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu.
3.       HadiahYang dimaksud hadiah disini adalah ganjaran yang berbentuk pemberian berupa barang. Ganjaran berbentuk ini disebut juga ganjaran materiil.
4.      Tanda penghargaanJika hadiah merupakan ganjaran berupa barang, maka tanda penghargaan adalah seperti halnya hadiah, melainkan tanda penghargaan dinilai dari segi ”kesan” atau dinilai “kenangannya”. Oleh karena itu ganjaran berupa tanda penghargaan disebut juga ganjaran symbolis. Ganjaran simbolis dapat berupa surat-surat tanda penghargaan, surat tanda jasa,








RESUME KE XIV( EMPAT BELAS)
“HAKIKAT EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM”
A.    PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM
Rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan islam adalah evaluasi atau penilaian. Evaluasi diartikan juga dengan penilaian, artinya suatu kegiatan yang direncanakan untuk mengukur tingkat kemajuan atau kemunduran suatu aktifitas tertentu. Dengan demikian, di dalam evaluasi terdapat praktik mengukuran menilai semua bentuk aktifitas yang telah dilaksanakan. Nilai yang dimaksud disimpulkan sebagai kemajuan dan kemunduran.
Berhasil atau tidaknya pendidikan islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap out put yang dihasilkannya. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam tujuan pendidikan islam, maka usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil, tetapi jika sebaliknya, maka ia dinilai gagal. Dari sisi ini dapat di fahami betapa urgennya evaluasi dalam proses pendidikan islam.
Berdasarkan uraian diatas, maka secara sederhana evaluasi pendidikan islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam proses pendidikan islam. Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakuakan adalah dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi pendidikan islam kepada peserta didik.sedangkan dalam ruang lingkup luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan islam (dengan seluruh komponen yang terlibat di dalamnya) dalam mencapai tujuan penddikan yang di cita-citakan.
Secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan islam:
1.    Dari segi pendidik, evaluasi berguna untuk membantu seorang pendidik mengetahui sudah sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya.
2.    Dari segi peserta didik, evaluasi berguna membantu peserta didik untuk dapat mengubah atau menegembangkan tingkah lakunya secara sadar kearah yang lebih baik.
3.    Dari segi ahli fikir pendidikan islam, evaluasi berguna untuk membantu para pemikir pendidikan islam mengetahui kelemahan teori-teori pendidikan ialam dan membantu mereka dalam merumuskan kembali teori-teori pendidikan islam yang relevan dengan arus dinamika zaman yang senantiasa berubah.
4.    Dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan islam (pemerintah), evaluasi berguna untuk membantu mereka dalam membenah sistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan ditetapkan dalam sistem pendidikan nasional (Islam).
Kesemua manfaat atau kegunaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kebaikan dan kelemahan pendidikan islam dalam berbagau aspeknya dalam rangka peningkatan kualitasnyake masa depan. Hal ini berarti bahwa proses evaluasi dalam pendidikan islam memiliki umpan balik (feed back) yang positif sifatnya kearah perbaikan pendidikan islam secaa kualitatif dari masa kini dan masa yang akan datang.
B.  TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM.
Pendidikan islam secara rasional-filosofis adalah bertujuan untuk membentuk al-insan al-kamil atau manusia paripurna.  Beranjak dari konsep ini, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada dua dimensi, yaitu pertama, dimensi dialektikal horisontal. Kedua, dimensi ketundukan vertikal.
Pada dimensi dialektikal horisontal, pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkrit yang terkait dengan diri, sesama manusia dan alam semesta. Untuk itu, akumulasi berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap mental merupakan bekal utama dalam hubungannya dengan pemahaman tentang kehidupan konkrit tersebut. Sedangkan pada dimensi kedua, pendidikan sains dan teknologi, selain menjadi alat menjadi alat untuk memenfaatkan, memelihara dan melestarikan sumber daya alami, juga hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai hubungan yang abadi dengan sang Pencipta, Allah SWT. Untuk itu pelaksanaan ibadah dalam arti seluas-luasnya, adalah merupakan sarana yang dapat menghantarkan manusia kearah ketundukan vertikal kepada Allah SWT.
Secara umum tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan islam diarahkan pada dua dimensi diatas. Secara khusus, tujuan evaluasi dalam pendidikan islam adalah untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif , psikomotorik maupun afektif.
Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) disbanding aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yng secara garis besarnya meliputi empet hal, yaitu:
1.      Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhan.
2.      Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3.      Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4.      Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah,anggota masyarakat,khalifah Allah SWT.
Keempat kemampuan dasar tersebut dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis yaitu :
1.      Sejauhmana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriyah berupa tingkahlaku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
2.      Sejauhmana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya dan kegiatan hidup bermasyarakat seperti ahklak mulia dan disiplin.
3.      Bagaiman peserta didik mengolah dan memelihara serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya.
4.      Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.
C.  SISTEM EVALUASI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam adalah mengacu pada system evaluasi yang digariskan Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagaimana telah dikembangkan oleh Rasullanya Muhammad SAW. maka secara umum system evaluasi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1.      Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan.(QS. Al Baqarah 2:155)
2.      Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasullullah Saw kepada umatnya (QS. An-Naml 27:40)
3.      Untuk menentukan klasifikasi tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang.(QS. Ash Shaaffat 37: 103-107)
4.      Untuk mengukur daya kognisi hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya.(QS Al Baqarah 2:31)
5.      Memberi semacam tabsyir bagi yang beraktifitas baik, dan memberi semacam iqab bagi mereka yang beraktifitas buruk (QS. Az-Zalzalah 99: 7-8)
6.      Allah dalam mengevaluasi hambanya tanpa memandang formalitas tapi memandang subtansi dibalik tindakan hambanya.(QS. QAl-Hajj 22;37)
7.      Allah memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadi ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al-Maidah 5:8).
D.  PRINSIP-PRINSIP EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM.
Evaluasi merupakan penilaian tentang suatu aspek yang dihubungkan dengan situasi aspek lainnya, sehingga diperoleh gambaran yang menyeluruh jika ditinjau dari beberapa segi. Oleh karena itu dalam melaksanakan evaluasi harus memperhatikan berbagai prinsip antara lain.
1.      Prinsip Kesinambungan (kontinuitas), Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil (Q.S. 46: 13-14).
2.      Prinsip Menyeluruh (komprehensif), Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama, tanggung jawab (Q.S. 99: 7-8).
3.      Prinsip Objektivitas, Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaharui oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional.
Allah SWT memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (Q.S. : 8), Nabi SAW pernah bersabda : “Andai kata Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan untuk memotong kedua tangannya”.
Demikian pula halnya dengan Umar bin Khottob yang mencambuk anaknya karena ia berbuat zina. Prinsip ini dapat ditetapkan bila penyelenggarakan pendidikan mempunyai sifat sidiq, jujur, ikhlas, ta’awun, ramah, dan lainnya.
Disamping itu, dalam melaksanakan evaluasi dalam pendidikan Islam ada beberapa hal prinsip yang harus di perhatikan oleh para evaluator didalam melaksanakan proses pendidikan antara lain prinsi-prinsip evaluasi pendidikan adalah :
a.     Evaluasi harus mengacu kepada tujuan.
Agar evalusi sesuai dan dapat memcapai sasaran maka evaluasi harus mengacu kepada tujuan pendidikan. Tujuan sebagai acuan harus dirumuskan terlebih dahulu sehingga dengan demikian jelas menggambarkan sesuatua yang ingin dicapai.
b.    Evaluasi dilaksanakan dengan obyektif.
Evaluasi harus dilaksanakan dengan obyektif artinya adalah evaluasi itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi oleh unsure-unsur subyektifitas dari evaluator.
c.    Evaluasi harus dilaksanakan dengan komprehensip.
Evaluasi ini dalam artian harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi berbagai aspek kehidupan peserta didik, baik yang menyangkut iman ,ilmu maupun amalnya.
d.   Evaluasi harus dilaksanakan secara kontinyu (terus menerus).
Prinsip yang terakhir ini harus mengadakan evaluasi secara terus menerus akan tetapi tidak boleh meningkalkan prinsip evaluasi yang lain sehingga bisa dipandang sebagai proses perjalanan tujuan tertentu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar